October 27, 2004

Karena Aku Mencintainya


“Atas nama Ayub Al-Anshari, Ya Allah, karuniakan kepada mereka keluarga yang bahagia karena aku mencintainya”. (Misteri illahi)

Secara tidak sengaja Saya melihat acara TV dini hari dan mendapati kutipan diatas. Kutipan tersebut adalah do’a Zainab ketika berziarah ke Mesjid Ayub Al-Anshari di Istambul dalam cerita Misteri Illahi khas Timur Tengah.

Resensinya demikian : Zainab diceritakan akan menikah dengan pria pujaan hatinya. Sungguh sayang Ia diuji dengan sebuah kecelakaan yang menyebabkan kakinya lumpuh untuk sementara. Ketika keluarganya menangisi atas kecelakaan tersebut, Zainab hanya tersenyum dan mengatakan bahwa pasti ada hikmah dibalik kecelakaannya. Ujian tidak sampai disitu, calon mempelai pria akhirnya membatalkan untuk menikah dengan Zainab.

Singkat cerita, Zainab ingin sekali bertemu dengan kekasih yang telah membatalkan untuk menikah dengannya. Setelah cukup sembuh, dengan bertumpu pada tongkat dan ditemani temannya, Zainab berkunjung ke rumah mantan kekasihnya. Apa yang didapat? Zainab terpana ketika menyaksikan mantan kekasihnya telah berkeluarga dan memiliki satu orang anak. Dengan menumpang mobil (diceritakan dalam cerita itu dikemudikan oleh Nabi Haidir), Ia pergi ke Mesjid Ayub Al-Anshari, Di sana Ia berdo’a untuk kebahagiaan keluarga orang yang dicintainya.

Sungguh dalam hikmah dari cerita tersebut. Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa kita hendaknya mengambil hikmah atas segala sesuatu, karena memang segala sesuatu tersebut sudah ada yang mengatur. Seperti halnya Zainab, kita hendaknya untuk bisa sabar dan tawakkal karena yakin bahwa Allah maha tahu apa yang terbaik bagi hambanya. Hanya saja, Saya kok! teringat terus dengan do’anya Zainab. Jujur, bahwa itu do’a yang indah dan tulus yang belum pernah Saya dengar sebelumnya.

Ketika sesuatu yang kita cintai terenggut dari kita. Kira-kira apa yang kita akan lakukan?

October 23, 2004

Puasa dulu.....


“Kata mamah, kalau kita ikhlas, kita tidak akan lapar walau seharian penuh puasa”. Kalimat itu keluar dari bibir mungil Tio ketika berbicara dengan neneknya dalam sinetron ‘Titipan illahi’. Tio itu seorang anak kecil. Ia dan juga adiknya sedang belajar puasa, dan sepertinya anak-anak itu begitu menikmati puasanya.

Kalo liat anak kecil puasa, inget tidak waktu kecil dulu? Hmm... Kalau saya inget. Puasa bulan Ramadhan di kampung begitu menyenangkan. Banyak kenangan-kenangan lucu disana.

Biasanya ketika sahur, kami keliling kampung bangunin orang desa untuk sahur. Dengan obor bambu di tangan, kami teriak-teriak “Sahur....sahur...sahur...!” ......! Sahur...Sahur!.....”. Agar lebih meriah, kami meminjam beduk yang ada di Langgar. Dijamin deh! kerasnya bunyi beduk yang kami pukul ketika memasuki gang-gang rumah penduduk,! Pasti bikin orang bangun.

Sehabis subuh, kami nyalakan obor kembali untuk arak-arakan ke jalan besar.... Wah!! jadi pengen lagi ;p. Ketika inilah kami bermain petasan. Petasannya petasan dulu, yang suaranya bikin telinga lumayan budeg hehehe! Kayanya sekarang ini belum lagi tuh! ketemu dengan petasan itu. Mungkin tidak diproduksi lagi ya?. Atau... si pembuatnya takut disangka temen-temennya Amrozi dan Noordin M Top? ;p. Tapi sebaiknya memang hindari untuk bermain petasan. Kasihan orang lain. Kalaupun mau...hindari petasan yang bunyinya keras. Bunyi petasannya jangan keras aja. Misalnya...”Duk!” atau “Ting!” ;p

Acara arak-arakan biasanya kami akhiri dengan main balbalan. Dengan bertelanjang kaki dan dengan bola pelastik seadanya, kami bermain dengan riangnya.....

September 30, 2004

PENTINGNYA PERENCANAAN BISNIS

“Dunia bisnis itu seperti jambangan yang rapuh. Ia memang indah.
Tapi begitu pecah,
sukar bagi kita untuk mengembalikannnya”
(G. Kingsley Ward)


Dalam buku “Solusi jitu bagi pengusaha kecil dan menengah”, Muhammad Iqbal menyebutkan bahwa kebanyakan Usaha Kecil Menengah (UKM) belum memperhatikan pentingnya perencanaan bisnis. Bagi kebanyakan UKM tersebut, bisnis berjalan seperti apa adanya dari hari ke hari, bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Bahkan, pada beberapa industri yang dikelola secara turun-temurun dapat dijumpai belum diterapkannya perencanaan bisnis. Pada UKM tersebut dapatlah ditebak perjalanan bisnisnya. Bisnis akan berjalan monoton dan kehancurannya tinggal menunggu waktu.


Belum diterapkannya rencana bisnis hendaknya dirisaukan oleh para UKM. Hal ini dikarenakan pergerakan dan perubahan dalam dunia bisnis berjalan dengan cepatnya. Suplai bahan baku yang dulu mudah didapat kini menjadi susah dan lebih mahal karena langka. Pasar yang dulu terbuka luas, kini semakin sempit karena kejenuhan produsen. Banyak kasus-kasus lain yang dapat dijadikan contoh betapa pentingnya kepekaan UKM terhadap perubahan. Oleh karena hal tersebut, penting bagi para UKM untuk melakukan perencanaan bisnis. Lalu, apa yang dimaksud dengan Rencana Bisnis?


Perencanaan Bisnis menurut M. Iqbal adalah suatu set rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menjalanan suatu bisnis pada periode tertentu. Perencanaan bisnis yang jelas dan realistis memungkinkan suatu UKM dapat secara konsisten menjalankan bisnisnya sesuai dengan tujuan dan prosedur yang telah dipilih. Perencanaan adalah harapan masa depan, seperti yang dinyatakan oleh Downey dan Erickson dalam bukunya “Manajemen Agribisnis” bahwa perencanaan merupakan pemikiran yang mengarah ke masa depan, yang menyangkut rangkaian tindakan berdasarkan pemahaman penuh terhadap semua faktor yang terlibat dan diarahkan pada sasaran khusus. Pada pelaksanaanya, Rencana Bisnis disusun dengan berbagai tujuan, yaitu untuk mendirikan bisnis baru, mendapatkan tambahan modal dari lembaga keuangan, mengembangkan usaha, atau sebaagi alat manajemen usaha yang sedang berjalan.


Ketika menyusun sebuah Industry Review, penulis merinci beberapa faktor penting dalam penyusunan Rencana Bisnis. Beberapa faktor tersebut adalah : 1) Gambaran umum usaha dan perusahaan, 2) Organisasi dan Manajemen, 3) Aspek teknis (suplai bahan baku dan proses produksi), 4) Aspek pasar dan pemasaran, dan 5) Keuangan. Serta yang tak kalah penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana bisins adalah aspek risiko bisnis dan titik kritis dalam bisnis tersebut.


Dalam penyusunan sebuah Rencana Bisnis perlu dihindari hal-hal yang tidak perlu, seperti penyajian yang panjang dan bertele-tele, pendekatan dan proyeksi yang tidak realistis pada beberapa aspek, seperti proyeksi pasar, suplai bahan baku dan tingkat harga, kejenuhan pasar dan produk, dsb. Kesalahan dalam penyusunan Rencana Bisnis merupakan awal dari kehancuran bisnis tersebut. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Aa Gym “Membuat perencanaan yang gagal sama saja dengan merencanakan kegagalan”. Mudah-mudahan dalam bisnis yang kita geluti sudah mulai membuat Rencana Bisnis. Sehingga, bisnis kita tidak menjadi jambangan yang pecah ketika banyak perubahan karena ketidakcermatan kita dalam menangkap perubahan dunia bisnis.

August 25, 2004

Ayah ...(2) Doaku menyertaimu....

Akhirnya tibalah keputusan itu. Keputusan yang seharusnya muncul ketika awal-awal Ayah dioperasi. Yup! Bagaimanapun juga Saya harus menjenguk Ayah. Harus!, Harus! bahkan...WAJIB!!!!

Sudah lebih dari sebulan saya hitung semenjak pertama kali Ayah dirawat di RS Hasan Sadikin-Bandung. Selama itu.....! Hmmm...Ck! ck! ck! Lantas, dimana saja sang anak yang seharusnya mendampingi dan menjaga orang tuanya? Bahkan, menjenguk sekalipun belum.... Ya, selama waktu itu informasi jalannya operasi Ayah diperoleh dari telepon dan SMS. Itupun masih menganggap jadi anak yang berbakti. Huh! Sungguh anak yang tak tau berbalas budi!

Tapi...selepas magrib, Bibi menyuruh untuk menelepon ke RS. Akhirnya ......sebuah suara yang tidak asing lagi ditelinga terdengar dari jauh. Suara Ibu, dengan tangisan tertahan mengabarkan bagaimana kondisi Ayah pasca operasi. Bagaimana Ayah sering pusing dan belum bisa tidur dengan nyenyak. Beliau juga mengabarkan tentang kemungkinan operasi kedua jika kondisinya belum baik.... Lunglai sudah tubuh ini mendengar semua itu. Lalu, mulailah pikiran normal muncul kembali...Yah! Insya Allah Sabtu ini Saya pulang. Mudah-mudahan dengan perjumpaan nanti akan meringankan beban sakitmu dan mempercepat kesembuhanmu.
Saya sadar, sungguh salah apabila menjadikan pekerjaan yang menumpuk setiap minggu dan karena tempat yang jauh menjadi alasan sulitnya menjenguk. Sungguh…pekerjaan, target-target, laporan, dsb. telah membuatku terperdaya dan terpenjara. Kebahagiaan hakiki dimana kebebasan sebagai individu normal telah direnggut. Sungguh….Hidup adalah rangkaian saat-saat indah, dan bukan untuk bertahan.

August 04, 2004


Foto Keluarga
Posted by Hello

Ayah….

Dua minggu ini ingatan terus terkenang pada Ayah. Sosok yang sederhana, tenang, menerima segala sesuatu apa adanya, kadang terlalu hati-hati dan tidak suka marah. Seingat saya sampai dengan umur seperempat abad ini belum pernah perlakuan fisik mendarat di tubuhku (lagi pula memang gak perlu ya!). Tapi itulah Ayah, Ayah kami, citra seorang pendidik yang akan terpatri di benak kami anak-anaknya sampai dengan akhir hayat kelak.

Subuh di kampung kami biasanya diawali dengan pembacaan Tahriman melalui speker di Langgar yang cukup tua. Biasanya, pembacaan yang cukup keras itu membangunkan penduduk kampung. Hanya kemalasanlah yang sering membuat kami, anak-anak waktu itu malah lebih baik memasukkan kepala ke bawah bantal untuk meneruskan tidur.

Kejadian subuh di rumah pun berlangsung seperti biasanya. Suara khas Ayah mengawali bangun pagi kami dengan logat sundanya yang kental “Di...Di…gugah……,”Di….Di….gugah….Di…”.(Di…Di…bangun…(). Panggilan itu diulang-ulang sampai kami bangun. Wah!, kalau dihitung pasti males ngitungnya. Saking males ngitung, kadang panggilan yang akrab di setiap bangun pagi kami itu berhasil dengan sukses membuat bangun. Tentunya dengan jengkel dan ingin marah :P. Tapi ternyata cara itulah yang setiap pagi dapat membangunkan kami.
Hari ini, kangen akan Ayah kembali menyelimuti. Nanti kalau waktunya pulang. Saya akan bangun kesiangan untuk dibangunkan seperti waktu kecil dulu. “Di…Di….gugah…!” Di…Di….gugah…!”.

May 29, 2004


Foto diri Posted by Hello

Life is Beautiful (1)

Mendapati hidup keseharian dalam kebahagian, tentu itulah impian setiap manusia. Tapi dapatkah kebahagiaan kan dimiliki tanpa dengan kebahagiaan hati?. Tentunya tidak lah ya! Tapi bagaimana caranya menikmati hidup? Bagaimana cara membuat hidup indah? Bagaimana hidup indah dapat menjadi life style, sebuah gaya hidup?

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah buku karya Arvan Pradiansyah penulis buku You Are A Leader yang menceritakan dengan gaya bertutur trik-trik untuk menjalani hidup dengan indah. Coba deh untuk membeli (karena saya juga mendapatkannya sampai harus menginap, maklum Banjarmasin jauh Hiksss!!. Tapi demi sebuah investasi hidup tidak menjadi masalah) membaca, dan memahaminya dengan seksama. Luar biasa!!! Itu tentu yang anda rasakan dari hari ke hari. Gairah untuk menjalani hidup dengan rilex, tenang dan smart akan anda dapati. Sepertinya kata indah akan lebih tepat menjadi padanan katanya. Yup! Hidup Indah!

Keindahan hidup sebenarnya tidak ditentukan oleh sesuatu itu sendiri tetapi pada cara memandang, pada jendela yang kita gunakan untuk melihat dunia. Ini bener lho! Kadang kita sering memandang hidup ini sebagai setangkup masalah rumit yang akan terus menerus mengejar keseharian kita. Aktivitas kantor, mengejar target, masalah jodoh, dll.belum lagi bagi orang yang sudah menikah. Wow!! ruwet pastinya. Tapi itu semua dapat terkendali andaikan kita dapat memandang dan memaknai dengan nurani apa sebenarnya yang tersirat dari peristiwa atau masalah tersebut.

Dengan membersihkan jendela cara memandang masalah kita, yakinlah bahwa anda akan merasakan hidup yang benar-benar hidup. Bagaimana rahasianya?. Rahasia pertama adalah rubahlah cara pandang terhadap masalah. Jangan memandang masalah sebagai suatu bencana atau hambatan, masalah justru adalah peluang untuk maju dan berkembang. Masalah yang pelik akan membuat otak kita berpikir keras, kreatif dan produktif. Kuncinya hadapilah masalah dengan tenang, pandanglah itu sebagai kesempatan berharga untuk tumbuh. Saya ingat sebuah pepatah bahwa Allah memberikan kasih sayangnya bukan dalam bentuk untaian emas dan mutiara tapi dengan memberikan ujian kepada hambanya sehingga dapat memaknainya dengan baik.

Rahasia kedua adalah ternyata kebanyakan masalah yang kita hadapi sebenarnya adalah masalah kecil saja. Masalah ini seringkali membuat kita pusing, sedih dan gelisah. Padahal setelah masalah itu selesai biasanya kita akan melupakannya. Rahasia ketiga adalah Temukan yang paling penting. Ini penting karena sebelum anda menemukannya segala sesuatu masalah akan nampak penting. Hidup akan indah dan sederhana apabila kita mengetahui apa yang paling penting.

Rahasia keempat adalah Ubahlah pandangan mengenai terget dan hasil. Saya sering dikejar terget dan lebih sering mengharapkan segala sesuatu untuk dapat berhasil. Akan tetapi yang terjadi malah seringnya stress dan tertekan. Untuk mengobatinya kuncinya adalah serahkan hasilnya kepada Allah. Urusan hasil adalah urusan Allah. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha sekuat tenaga dan tentunya berdoa memohon doa menyerahkan segala sesuatu kepadaNya.

Rahasia kelima adalah Nikmatilah hidup dengan melakukan tugas satu demi satu. Dengan melakukan tugas satu demi satu akan membuat kita dalam kondisi sadar sepenuhnya. Kesadaran adalah kunci menikmati hidup detik demi detik. Dengan demikian setiap tarikan nafas kita lakukan akan terasa begitu nyata dan indah.

April 10, 2004

Percaya diri

Rengkuhlah hari-hari yang kita jalani dengan penuh percaya diri. Kepercayaan diri tidak saja penghargaan terhadap diri, tapi lebih dari itu percaya diri akan menjadi energi positif yang mendorong hari-hari anda gilang gemilang.

Ketika kemenangan menjadi tujuan, jangan pernah mengharap itu akan terwujud andaikan diri tidak diberi tempat dalam hati. Dan ketika harapan-harapan kian mendekati kenyataan, segala daya upaya akan kandas tenggelam dalam keterpurukan ketika penerimaan akan diri terabaikan.

Sederhana saja, cintai diri anda dengan memberikan kepercayaan diri yang tinggi, maka segalanya akan berjalan dengan baik. Orang yang tahu bagaimana mencintai diri, tentunya akan lebih tau apa yang terbaik untuk dirinya. Setelah itu….. yakinlah! Kemenangan demi kemenangan akan terpetik dengan mudahnya.

Kapanpun, diamanapun dan apapun yang anda hadapi, tetaplah untuk percaya diri. Percayalah! segalanya akan tampak lebih indah dan mudah dengan percaya diri. Setelah itu manjakan diri karena kemenangan telah kita raih.

April 05, 2004

Menuju Puncak

“Kejadian sekarang adalah mimpi yang kemarin”. Menjadi apapun anda hari ini, yakinlah bahwa itu adalah buah sukses dari mimpi-mimpi yang kemarin. Perhatikanlah bahwa keberhasilan yang diraih tentunya melalui proses-proses dengan tingkat kemudahan yang berbeda-beda. Ada orang yang begitu mudah untuk menuju puncak. Tapi tidak sedikit orang yang terkadang merangkak untuk mencapai puncak keberhasilan. Sebenarnya apa sih yang mempengaruhi tiap proses tersebut?.

TUJUAN YANG MEMBUMI. Tujuan yang membumi tidaklah berarti bertentangan dengan ungkapan Bung Karno “gantungkan cita-citamu setinggi langit”. Mengingat realita hidup sekarang ini, sepertinya tujuan yang mengangkasa terkadang akan sedikit sulit untuk dipenuhi. Tetapkanlah tujuan sesuai dengan kemampuan. Tapi perlu diperhatikan bahwa semua itu berawal dari cita-cita. Ingatlah bahwa bangsa Romawi dan Persia dapat dikuasai oleh Islam berawal dari sebuah cita-cita Rasul tercinta.

ILMU. Ilmu adalah kunci dari semua kehidupan. Kebahagiaan dunia dan akhirat dapat diperoleh dengan ilmu. Ilmu yang kita peroleh akan bernilai guna ketika ilmu tersebut bermanfaat.

KETEKUNAN. Saya ingat biografi Bpk Hidayat, seorang front office di sebuah hotel di Bandung tempo doeloe. Beliau sekarang menjadi pemilik Hotel Panghegar dan beberapa Hotel berbintang di Bandung. Hal ini tiada lain karena ketekunan. Banyak kisah sukses lain, seperti kisah Mc Donald, Wong Solo, Halilintar Jundullah, dll. Atau yang pasti kita kenal adalah pencipta bola lampu Sir Thomas Alpha Edison. Saya kira dapatlah dibayangkan andaikan Ia menyerah ketika melakukan percobaannya yang ke-1000 kali.

KEJUJURAN. Ini hal utama dalam segala sesuatu. Modal kejujuran menjadi penentu dalam hidup. Kerajaan bisnis Aa Gym dibangun berdasarkan nilai kejujuran. Tapi sepertinya sulit mencari orang jujur. Rekan saya kebingungan mencari orang yang jujur. Tidak itu saja, saya pernah bercerita dengan pejabat IPB, dan Ia mengatakan bahwa Ia kesulitan mencari pengelola uang yang jujur. Hmmm! Sebegitu sulitnya kah?

MAKSIMALIS. Jangan pernah mengerjakan sesuatu setengah-setengah. Kalau dipikir tidak akan menguntungkan, sudah! tinggalkan saja, jangan dilakukan!. Lakukan segala sesuatu secara maksimal akan membuahkan keberhasilan yang paripurna.

PELUANG dan STRATEGI. Yang membedakan antara orang yang menang dan yang kalah terletak dalam berfikir. Teruslah berfikir!, maka anda akan menemukan makna dan rahasia kehidupan. Berfikir yang benar berguna dalam melihat peluang dan engembangkan strategi menuju keberhasilan. Jelilah melihat peluang disekeliling anda, dan buatlah strategi yang ampuh. Orang yang kalah biasanya karena tidak mengoptimalkan kemampuan berfikirnya dalam melakukan strategi.

BERDO’A. Janganlah menjadi pribadi yang sekuler hanya karena tidak berdo’a. Do’a adalah simbol kemahalemahan kita akan segala sesuatu, do’a juga simbol bahwa berbeda antara khalik dan makhluk. Serahkan segala sesuatu hanya kepada Allah, dan yakinlah bahwa Allah akan mewujudkannya. Ingatlah selalu bahwa Allah akan mengabulkan segala permintaan hambanya.


February 22, 2004

Menikmati Proses

Ketika itu saya sedang berada di kampus UI Depok dalam rangka mengikuti recruitment PT Bank Syariah Mandiri Tbk. Secara jujur Saya senang berada disana. Lingkungan yang nyaman dengan pemeliharaan yang terencana memperlihatkan kepedulian civitas akademika institusi pendidikan ini yang cukup tinggi terhadap lingkungan.

Dengan belaian angin lembut, Saya masuk ke sebuah Mushala mungil di samping Dekanat FE-UI. Mushala itu cukup sederhana dan terkesan bersih. Tertarik pada sebuah tulisan saya mulai membaca perbincangan di sebuah toko jam dinding.

Di toko jam itu banyak tergantung jam dinding dengan bunyi khasnya …tik..tik…tik… Pada hari itu ada jam dinding baru dipasang di samping kiri dan kanan jam dinding tua. Lalu, terdengarlah perbincangan antara ketiga jam dinding itu. Dengan nada angkuh, jam dinding di sebelah kiri memulai pembicaraan “Aku sudah berputar selama 8 tahun, dan selama itu aku telah berputar 252 juta detik. Aku bangga karena sudah banyak memberi manfaat pada manusia”. Mendengar itu, jam dinding baru berujar dengan nada sedih “Ahh! kalau begitu aku belum memberikan manfaat kepada manusia”. “Tenanglah!” kata jam dinding di sebelah kanan. “Yang kamu perlukan hanyalah bergerak berputar secara perlahan per detik. Dalam satu menit kamu akan berputar 60 detik, dalam satu hari akan berputar 86.400 detik dan dalam satu tahun akan bergerak sebanyak 31.536.000 detik, niscaya kamu akan memberi manfaat pada manusia”. Lanjut jam dinding sebelah kanan.

Terkadang dalam perjalanan waktu kita selalu terpaku pada tujuan. Semua yang kita harapkan inginnya dapat terwujud seketika. Kita selalu lupa bahwa semua yang terjadi/terwujud pasti terdapat tahapan-tahapan yang tidak mungkin tidak terjadi. Kita lupa bahwa pada waktu lahirpun kita melalui tahapan-tahapan. Bahkan dalam penciptaan bumi sekalipun Allah menciptakannya dengan tahapan-tahapan.

Proses atau tahapan itu penting. Sepenting tujuan yang ingin kita harapkan. Tapi, ketika kita menjalani proses terkadang memunculkan kejenuhan-kejenuhan yang andaikan tidak sabar, kesalahan, kecerobohan atau bahkan lebih jauh lagi keberhasilan akan hilang meninggalkan kita. Yang kita perlukan adalah kesabaran dalam menikmati proses.

February 15, 2004

Belum ada judul

Saya sedang mencoba untuk mengikuti trik-trik cara menjalani hidup dengan penuh kesadaran ala Arvan Ardiansyah. Trik-trik menghadapi hidup dengan menata hati ala Aa Gym, trik-trik cara memanusiakan manusia ala Covey, dan trik-trik untuk membuat semua orang penting yang saya lupa dari mana sumbernya. Apa hasilnya ?....Hmph!! memang tidak mudah. hidup ternyata tidak dapat dibuat sederhana, sesederhana membalikkan telapak tangan.

Kalau dalam otak manusia sudah dipenuhi oleh berbagai kepentingan-kepentingan badani, saya berpendapat bahwa kejujuran akan sekedar lipstick belaka, kepercayaan akan semu, kebenaran akan terisolasi. yang tinggal hanyalah keserakahan, ego yang tinggi, saling menipu dan individualistis. Ah! saya sering mengandaikan bahwa hidup itu seindah kata memaafkan, seindah kata kesabaran, seindah kata kejujuran, seindah kata kasih sayang, seindah kata persahabatan...









Hari minggu nih betul2 padat. Besok pelatihan bengkel sepeda motor, Hari Rabu acara temu pasar. Ya ampun! persiapan harus ekstra cepat, tepat dan tetep harus efektif.

February 07, 2004

Kompor

Kompor itu baru dibeli 3 minggu yang lalu. Ya..cukup baru memang, tapi entah kenapa warna apinya sudah memerah, sehingga cerek yang biasa dipakai untuk membuat kopi menjadi hitam. Sayangnya lagi, cereknya gak bisa kinclong seperti dulu waktu beli.

Kompor itu kompor minyak tanah, seperti kompor milik masyarakat kebanyakan. Walaupun kompor gas baru datang, tapi kami males untuk beli tabung gasnya, lagi pula sayang kan kalau kompor baru itu tidak dipakai.

Tidak ada hal yang unik pada kompor itu. Mungkin, keunikannya itu tadi, baru 3 minggu saja warna apinya sudah memerah. Sepertinya sumbu api yang tidak bagus, atau memang sudah habis sumbunya. Bukan! bukan karena minyak tanah yang kurang.

Sore yang seperti biasanya, dengan ditemani perasaan yang biasa-biasa saja, saya coba untuk membongkar kompor ini. Dulu saya sering melihat Emak betulin kompor, ya... hanya lihat-lihat saja. Jadi! saya pikir mudah saja, bahkan sangat mudah untuk membongkar dan mengangkat sumbu itu. Alat yang diperlukan hanya tali rapia dan gunting....Hmmmmm! cetek lah!.

2 menit, 5 menit sudah lewat....Heh! kok susah juga! ampun deh!, hanya tinggal masukin sumbu ke tali rapia, masukin ke lubangnya, terus tarik ke atas....Tapi kok! susah ya!...keringat sudah bercucuran dari dahi dan tanganku (kalau yang ini didramatisir he3x)

Sembari bekerja, lamunan menerawang jauh pada tahun 90-an dimana saya masih SMP dan SMA. Biasanya yang betulin kompor di rumah itu kalau tidak Emak, ya...Tetehku. Tapi jujur saja kalau saya tidak memikirkannya, hanya melihat sambil lalu...dan biasannya Emak memang tidak pernah menyuruh untuk itu. Waduh! Maaf! kesibukanku banyak. Main, kumpul teman-teman, atau cari alasan kegiatan sekolah agar bisa pergi dari rumah... atau kalau Emak nyuruh sesuatu, jawaban yang sering muncul seperti biasanya “males mak!”.

Sumbu kompor belum juga terpasang, tangan sudah belepotan minyak tanah. Susah sekali memang!, kembali pikiran masih melamun...

Kok tega ya...! membiarkan Emak membetulkan kompor sendirian...tapi ajaibnya dengan cepat beliau bisa membetulkannya....jadi malu jadinya! Dulu saya sering membantah perintah Emak, bahkan sering mencibir....Pada saat kuliah apa lagi... dengan pendidikan yang tinggi...banyak sudah ilmu yang didapat. Sayangnya, kalau bicara dengan Emak biasanya saya sering menyerang pendapat-pendapatnya, seringnya saya ingin menang sendiri, itu karena merasa berpendidikan lebih tinggi. Tapi, seperti biasanya saya tidak peduli dengan perasaan Emak. Saya pikir wajar saja.

Perasaan bersalah dan menyesal menyelusup kedalam hati memenuhi tiap sel tubuh ini. Dan, saya biarkan itu terjadi. Tempat tinggal yang jauh menimbulkan rasa rindu yang teramat dalam pada Emak. Andai pulang nanti, yang ingin saya minta adalah keikhlasan dan ampunan maaf yang tak hingga darinya.

Saya masih ingat ketika bersilaturahmi ke rumah tetangga. Waktu itu saya sempat ngobrol panjang lebar dengan seorang ibu yang sudah berumur, dan beliau berkata “Om Amar, ketika putera saya masih anak-anak, saya masih ingat bagaimana dan seperti apa mengasuh dan mendidik mereka. Tapi kini, ketika anak-anak sudah SMU, karena kesibukannya dan pengaruh lingkungan, mereka sering membantah, sok pintar dan ingin menang sendiri. Sakit rasanya hati ini !”

Sumbu kompor akhirnya terpasang juga...Alhamdulillah!. Tinggal meratakan sumbunya, terus memasang baut kembali...

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia

February 05, 2004

Banyak teman; banyak rejeki

Dalam perbincangan bisnis sekarang ini sering diperbincangkan masalah quality, cost dan delivery (QCD). Jika pengelolaan tiga faktor itu professional, maka suksesnya suatu usaha/industri bukan hal yang mustahil. Akan tetapi, ketiga faktor tersebut menurut hemat saya masih kurang. Saya ingin menambahkan “Network” kedalam tiga faktor itu.

Masih terekam dalam ingatan ketika seorang sahabat karib semasa kuliah mengatakan sebuah pepatah “banyak teman banyak rejeki”. Waktu itu Saya kurang yakin dengan pepatah tersebut. Masa sih seperti itu?. Akan tetapi, dengan keseharian saya sekarang ini, pepatah tersebut memang benar adanya. Bagi seorang businessman, semakin luas teman atau relasi akan memperluas jaringan pasar. Sehingga dengan berjalannya waktu tentunya akan meningkatkan pundi-pundi penghasilan kita. Hanya saja, penting untuk diperhatikan adalah bagaimana cara pandang kita terhadap networking tersebut, jangan sampai networking dipandang sebagai sesuatu yang menghabiskan waktu dan tenaga.

Barangkali anda akan terperangah ketika baru mengetahui bahwa hampir mencapai 90% dunia usaha di Indonesia adalah usaha kecil menengah (UKM). Banyak sekali keterbatasan yang dimiliki oleh UKM. Beberapa penyakit yang umum dijumpai oleh UKM adalah penyakit “tuli” (satu pembeli), “mencret” (mental ceroboh), dll. Diantara kesemua faktor mendasar yang mempengaruhi hal tersebut adalah keterbatasan networking.

Teringat pepatah teman tersebut, Saya masih ingat, dan akan ingat selamanya. Akhir semester 6 waktu itu. Kalau tidak salah, waktu itu bulan Ramadhan. Kondisi keuangan saya waktu itu benar-benar kosong. Selidik-punya selidik, Eh!, ternyata rekan-rekan saya waktu itu bernasib sama. Karena untuk ongkos pulang kuliah dari Darmaga ke Baranang Siang tidak ada. Akhirnya kami bersepakat menginap di rumah kontrakan salah satu rekan tersebut. Untuk makan, saya pinjam uang rekan yang kebetulan ada cukup uang. Selanjutnya Kami bersepakat masak makanan sendiri, untuk itu kami urunan. Dengan keterampilan memasak yang tiba-tiba muncul, akhirnya menu telor dadar, tumis kangkung terasi, ikan asin goreng, dan tentunya jengkol goreng serta sambal terasi tersaji sudah. Hmmmm! saking laparnya, walaupun sederhana, sepertinya kelezatan masakan kami waktu itu boleh diadu dengan menu khas ayam goreng fatmawati. He!3x

Memang! banyak teman banyak rejeki. Akhirnya, jika hendak berkunjung ke pengusaha mitra binaan, kalo tidak sore ya..malam. Kalo diajak makan malam kan lumayan ;).

February 02, 2004

Menikmati hidup

Cobalah untuk duduk dengan tenang, pejamkan mata, hiruplah udara segar dengan pelan-pelan dan dalam!, kemudian dengarlah dan nikmatilah suasana di lingkungan anda!. Cukupkan 5 menit di posisi seperti itu. Selanjutnya cobalah untuk mulai berselancar ke masa lalu anda. Ingatlah masa-masa lalu, masa dimana anda masih anak-anak sampai dengan masa sekarang, kejadian-kejadian yang membuat anda menjadi seperti sekarang, atau rekan-rekan yang pernah mengisi hidup anda. Teruslah di posisi ini sampai anda betul-betul merasa nyaman dan sadar.

Tips itu baru dapat saya praktekkan setelah menyadari sering ngoyo pada pekerjaan, lupa waktu, kehilangan banyak teman, dsb. Kalau pun ada yang mau mengikuti tips ini, jangan salahkan kalau anda menemukan hal baru.

Andaikan kebahagiaan adalah jika anda merasa bangga karena karir anda melebihi sahabat karib anda, jika anda merasa puas setelah mendapatkan apa yang diinginkan, jika anda merasa bangga dengan kesibukan anda sehingga sempit waktu luang. Jika itu yang dimaksud kebahagiaan menurut anda, saya jamin anda tidak mendapatkan kebahagian hakiki.

Tidaklah munafik bahwa saya pernah mengalami hal seperti itu. Selama itu saya tidak merasakan keindahan pagi hari, tidak merasakan indahnya persahabatan, tidak memiliki waktu luang, selalu cemas dan penuh rasa was-was, dan juga tidak menikmati diri dan tidak bersyukur dengan pemberian Allah.

Kebahagian adalah ketika anda menyadari dan menikmati diri. Kebahagian tumbuh kokoh ketika rasa penerimaan akan diri seutuhnya lebih tinggi dari rasa penerimaan akan barang milik anda, jabatan anda dan titel anda. Kebahagiaan adalah ketika kita terus bersyukur atas pemberian Allah.

Tulisan ini saya coba akhiri dengan kutipan cerita dari seorang pakar kepemimpinan tentang perbincangan dua ekor ikan junior dan senior. Ikan junior selalu ingin mengetahui tentang kemegahan dan keindahan samudera. Ikan junior bertanya, “Tolonglah beritahu aku dimana samudera itu berada?”. Kemudian ikan senior menjawab, “Yang sedang kita tempati inilah samudera itu!”. Dengan nada kecewa ikan junior berkata sambil pergi,“Ah! Ini hanya air!”.

January 28, 2004

Tegar

Lusa kemarin aku tersenyum

Kemarin juga tersenyum

Malah Hari ini aku banyak tersenyum

Besok aku kan lebih banyak tersenyum

Lusa nanti aku pasti tersenyum

Aku kan tetap tegar!

“Nyaman Katiring”

Kalau anda berkesempatan berkunjung ke komplek Pertamina Tanjung, pada sebuah taman anda akan menjumpai plang besar nan indah. Plang tersebut berbunyi “nyaman katiring”. Merasa penasaran dengan plang tersebut, aku bertanya pada temenku arti dari plang itu, lalu rekanku meyakinkan kalau plang itu artinya “nyaman diliat “.

Memang, lingkungan (lay out) komplek pertamina didesain sedemikian rupa sehingga enak untuk diliat, dikunjungi dan yang pasti membuat betah orang yang menempati. Percaya atau tidak, pada saat berkunjung ke daerah ini aku begitu terpesona oleh keindahan tempat ini. Lalu aku berpikir, apakah memang aku akan selamanya hidup disini?. Halaman yang luas dg rumput hijaunya, pohon-pohon tua nan besar dan rindang seperti pohon-pohon di taman koleksi (takol) yang menjadi “simbol” Kampus IPB Baranang Siang lebih menyemarakan lingkungan itu. Itu belum seberapa, disana pula ada lapangan bermain dg patung-patung binatang, lapangan olah raga lengkap, dari lapangan bola volley sampai lapangan golf. Wah!wah!wah! Subhanallah! Lingkungan ini sangat mendukung untuk beraktivitas, berolahraga, mendidik anak dan jangan dilupakan juga untuk beribadah, bukankah kita makhluk spritual (makhluk langit) yang terus-menerus mengalami pengalaman sosial.

Kondisi ini sangat kontras bila dibandingkan dengan Jawa. Padatnya penduduk tapi longgar kontak sosial, lahan yang sudah terkavling-kavling sedemikian rupa mempersempit zona beraktivitas, polusi, belum lagi masalah sampah, ditambah lagi dengan udara politik yang kental karena dekat dengan kekuasaan, dll, dll. (kaya orang LSM ya! he3x). Lalu aku teringat dengan lagu “Pulau Jawa”.


Wahai pulau Jawa
Selamat pagi buatmu
Entah apa kabarmu sekarang
...............................(lupa!)
...............................(lupa juga! he3x)

January 21, 2004

Ketupat Kandangan, Ikan Peda, Soto Banjar dan Togel

Alhamdulillah, akhirnya aku coba untuk menulis. Tulisan ini merupakan tulisanku yang pertama setelah sebelumnya hanya mempublish tulisan orang (mohon maaf untuk penulisnya). Sebenarnya kalau mau jujur, web ini masih sangat jauh dari bagus. Tapi keinginan yang kuat untuk (mohon maaf) show up dan kesendirian di negeri Borneo ini mendorong keinginanku untuk mengiris waktu sambil terus belajar membuat web yang baik dan sopan. Akhirnya tibalah menulis jua......

Memulai langkah pasti

Menapaki relung waktu

Mengisi hari-hari penuh harap


Tanggal 15 Januari 2004 akan selalu terpatri dalam hidup. Sebuah awal dari perjalanan panjang mengisi sisa-sisa hidup yang telah digariskan. Hari itu awal aku hijrah ke negeri Borneo. Kalau boleh jujur, detik-detik penantian di Bandara Soekarno-Hatta begitu menyiksa, sampai....... tertidur di peron (hmmm). Tapi untunglah, teman-teman terbaik semasa kuliah sesekali meneleponku, mengajak ngobrol........ Dan...baru aku rasakan sekarang ini.....kalo saja pada saat itu kepergianku tidak seperti itu, perjalanan awal itu tidak akan terkenang dan akan menjadi sepi, sesepi kantorku yang baru disini. Thanks for my best friend!!!

Bayangan yang ada di pikiranku sebelum datang ke Kalimantan Selatan, tepatnya kota Tanjung ini, Kalimantan penuh dengan hutan dengan karakteristik masyarakat yang masih kurang cendikia. Dan pikiranku tidak jauh berbeda dengan sobatku. Sehingga pada saat perjalanan dari Bandara Banjarmasin, Sobatku mengirim SMS hanya untuk menanyakan keadaan hutan dan pelosok disini. Ternyata bayangan tersebut tidak benar adanya. Kalimantan sudah berbenah diri menghias kota dengan pembangunan. Di Kabupaten Tabalong sendiri selama 5 tahun terakhir pembangunan sudah dapat dilihat dari keadaan fisik kota. Masuknya perusahaan Pama Persada (anak perusahaan Astra;perusahaan terbesar di Asia Tenggara) dan Adaro Nusantara lebih mempercepat laju roda pembangunan.

Sengaja aku coba membuat judul tersebut mengingat hal itulah yang mengisi 7 hari di Pulau ini. Ketupat Kandangan adalah nama masakan sejenis opor ayam di Pulau Jawa sana. Pertama kali kenal masakan itu dari tulisan Bpk. M. Iqbal (Manager YDBA) dan dari sobatku aktivis PKS yang kebetulan namanya M. Iqbal juga (Subhanallah ya...) “ jangan nggak tuk coba makan ketupat kandangan” demikian sobatku mewanti-wanti mengantarkan kepergianku. Aku sendiri belum makan masakan itu, Insya Allah lain waktu aku coba menu terpaforit di Kalsel ini. Lain halnya dengan ikan peda. Pertama kali makan ikan ini di warung makan Pasar Tanjung. Ada yang unik yang aku perhatikan mengenai penyajian makanan di warung orang Banjar ini. Unik sekali. Ada perbedaan dengan cara penyajian Jawa, Sunda dan Sumatera. Alhamdulillah! aku bersyukur dapat mengenal hal-hal unik di negeri tercinta ini. Di Jawa (begitu orang sini menyebut) ikan peda itu ikan asin. Tapi disini ikannya ikan tawar, cara memasaknya dapat di goreng, di bakar atau dipindang seperti ikan pindang patin di Sumsel sana. Kalau soto banjar cukup unik. Berbeda dengan soto di Jawa. Soto ini memakai lontong, bihun, irisan telur dan daging. Cukup dengan Rp 3.000,- dijamin puas dan kenyang.

Arah perencanaan ekonomi yang tidak menentu dan pentas tokoh politik dengan lawakan-lawakannya yang kian tidak lucu membuat udara nusantara semakin memanas. Kondisi ini ditambah lagi dengan korupsi, kolusi dan nepotime yang menjadi-jadi. Kesejahteraan yang menjadi dambaan dan diagung-agungkan masyarakat sangat jauh dari pengharapan. Hal tersebut membuat orang-orang “pintar “ menjadi “kreatif” dengan membuat sesuatu menjadi tumpuan masyarakat kecil menengah. Contohnya saja Togel. Jenis judi ini ternyata terjadi di Kalsel. Sebelumnya aku mengira masayarakat sangat fanatik dalam beribadah, tetapi ternyata sama saja dengan di Pulau Jawa.

Semoga bermanfaat

Dear rekan-rekan seperjuangan,
Saya tidak tahu sumber cerita ini. Tapi Insya Allah
bermanfaat.


Barangsiapa yg mengharapkan mati syahid dgn sepenuh hati, maka ALLAH akan
memberikan mati syahid kepadanya meskipun ia mati ditempat tidur (hadis).

Dunia hanya satu terminal dari seluruh fase kehidupan. Hanya Allah yang
tahu tentang usia seorang manusia. Saya, Khadijah sebut saja demikian,menikah
dengan Muhammad, 3 Oktober 1993. Muhammad adalah kakak kelas saya di IPB.

Selama menikah, suami sering mengingatkan saya tentang kematian, tentang
syurga, tentang syahid, dan sebagainya. Setiap kami bicara tentang sesuatu,
ujung2nya bicara tentang kematian dan indahnya syurga itu bagaimana. Kalau
kita bicara soal nikmatnya materi, suami mengaitkannya dengan kenikmatan
syurga yang lebih indah. Bahkan, berulang-ulang dia mengatakan, nanti kita
ketemu lagi di syurga. Itu mempunyai makna yg dalam bagi saya.

Hari itu, 16 Januari 1996, kami ke rumah orang tua di Jakarta. Seolah suami mengembalikan saya kepada orang tua. Malam itu juga, suami saya mengatakan
harus kembali ke Bogor, karena harus mengisi diklat besok paginya. Menurutnya, kalau berangkat pagi dari Jakarta khawatir terlambat.

Mendekati jam 12 malam, saya bangun dari tidur, perut saya sakit, keringat
dingin mengucur, rasanya ingin muntah. Saya bilang pada ibu saya, untuk
diobati. Saya kira maag saya kambuh. Saya sempat berpikir suami saya di
sana sudah istirahat, sudah senang, sudah sampai karena berangkat sejak
maghrib.

Saya juga berharap kalau ada suami saya mungkin saya dipijitin atau
bagimana. Tapi rupanya pada saat itulah terjadi peristiwa tragis menimpa
suami saya. Jam tiga malam, saya terbangun. Kemudian saya shalat. Entah kenapa,
meskipun badan kurang sehat, saya ingin ngaji. Lama sekali saya menghabiskan lembar
demi lembar mushaf kecil saya. Waktu shubuh rasanya lama sekali. Badan
saya sangat lelah dan akhirnya tertidur hingga subuh.

Pagi harinya, saya mendapat berita dari seorang akhwat di Jakarta, bahwa
suami saya dalam kondisi kritis. Karena angkutan yang ditumpanginya hancur
ditabrak truk tronton di jalan raya Parung. Sebenarnya waktu itu suami
saya sudah meninggal. Mungkin sengaja beritanya dibuat begitu biar saya tidak
kaget. Namun tak lama kemudian, ada seorang teman di Jakarta yang
memberitahukan bahwa beliau sudah meninggal. Inna lillahi wainna ilaihi
rajiun.

Entah kenapa, mendengar berita itu hati saya tetap tegar. Saya sendiri
tidak menyangka bisa setegar itu. Saya berusaha membangun keyakinan bahwa suami
saya mati syahid. Saya bisa menasihati keluarga dan langsung ke Bogor. Di
sana, suami saya sudah dikafani. Sambil menangis saya menasihati ibu,
bahwa dia bukan milik kita. Kita semua bukan milik kita sendiri tapi milik
ALLAH.

Alhamdulillah ALLAH memberi kekuatan. Kepada orang2 yang bertakziah waktu
itu, saya mengatakan : "Doakan dia supaya syahid.. doakan dia supaya
syahid". Sekali lagi ketabahan saya waktu itu semata datang
dari ALLAH, kalau tidak, mungkin saya sudah pingsan.

Seperti tuntunan Islam, segala hutang orang yang meninggal harus
ditunaikan. Meski tidak ada catatannya, tapi tanpa disadari, saya ingat sekali hutang2
suami. Saya memang sering bercanda sama suami, "Mas kalau
ada hutang, catat. Nanti kalau Mas meninggal duluan saya tahu saya harus
bayar berapa." Canda itu memang sering muncul ketika kami bicara masalah
kematian. Sampai saya pernah bilang pada suami saya, "kalau mas meninggal
duluan, saya yang mandiin. Kalau mas meninggal duluan, saya kembali lagi
ke ummi, jadi anaknya lagi." Semua itu akhirnya menjadi kenyataan.

Beberapa hari setelah musibah itu, saya harus kembali ke rumah kontrakan
di Bogor untuk mengurus surat2. Saat saya buka pintunya, tercium bau harum
sekali. Hampir seluruh ruangan rumah itu wangi. Saya sempat periksa
barangkali sumber wangi itu ada pada buah-buahan, atau yang lainnya. Tapi
tidak ada. Ruangan yg tercium paling wangi, tempat tidur suami dan tempat
yg biasa ia gunakan bekerja.

Beberapa waktu kemudian, dalam tidur, saya bermimpi bersalaman dengan dia.
Saya cium tangannya. Saat itu dia mendoakan saya: "Zawadakillahu taqwa
waghafara dzanbaki, wa yassara laki haitsu ma kunti" (Semoga Allah menambah ketakwaan padamu, mengampuni dosamu, dan mempermudah segala
urusanmu di mana saja). Sambil menangis, saya balas doa itu dengan doa
serupa.

Semasa suami masih hidup, doa itu memang biasa kami ucapkan ketika kami
akan berpisah. Saya biasa mencium tangan suami bila ia ingin keluar rumah.
Ketika kami saling mengingatkan, kami juga saling mendoakan.

Banyak doa-doa yang diajarkan suami saya. Ketika saya sakit, suami saya
menulis doa di white board. Sampai sekarang saya selalu baca doa itu. Anak
saya juga hafal. Saya banyak belajar darinya. Dia guru saya yang paling
baik. Dia juga bisa menjelaskan bagaimana indahnya syurga. Bagaimana
indahnya syahid.

Waktu saya wisuda, 13 Januari 1996 saya sempat bertanya pada suami, "Mas
nanti saya kerja di mana?" Suami diam sejenak. Akhirnya suami saya
mengatakan supaya wanita itu memelihara jati diri. Saya bertanya,
"Maksudnya apa?", "Beribadah, bekerja membantu suaminya, dan
bermasyarakat".
Saya berpikir bahwa saya harus mengurus rumah tangga dengan baik. Tidak
usah memikirkan pekerjaan. Sekarang, setiap bulan saya hidup dari pensiun
pegawai negeri suami. Meskipun sedikit, tapi saya merasa cukup. Dan rejeki dari
ALLAH tetap saja mengalir. ALLAH memang memberi rejeki pd siapa saja, dan
tidak tergantung kepada siapa saja. Katakanlah meski suami saya tidak ada,
tapi rejeki ALLAH itu tidak akan pernah habis.

Insya ALLAH saya optimis dengan anak2 saya. Saya ingat sabda Nabi :
"Aku dan pengasuh anak yatim seperti ini", sambil mendekatkan kedua buah
jari tangannya. Saya bukan pengasuh anak yatim, tapi ibunya anak yatim.
Meski masih kecil-kecil, saya sudah merasakan kedewasaan mereka. Kondisi
yang mereka alami, membuat mereka lebih cepat mengerti tentang kematian,
neraka, syurga bahkan tentang syahid. Rezeki yg saya terima, tak mustahil
lantaran keberkahan mereka.


Semoga bermanfaat,
Jika kita tertimpa kemalangan, yakinlah bahwa itu bukan kiamat. Janganlah menangis, putus asa atau patah semangat. Tersenyumlah! karena Allah tahu apa yang terbaik bagi kita

January 20, 2004

Tersenyumlah

Jika kita tertimpa kemalangan, yakinlah bahwa itu bukan kiamat. Janganlah menangis, putus asa atau patah semangat. Tersenyumlah! karena Allah tahu apa yang terbaik bagi kita

January 18, 2004

AUTUM IN SIDNEY

Allahu Akbar
Di atas Langit Australia, 8 Oktober 2002
Aku terperangah menyaksikan akhir film Autumn in New York. Tragis dan
menyedihkan. Richard Gere yang melakonkan Will Keane, juragan restoran
setengah baya di New York itu, harus menangis karena kekasihnya Winona
Ryder yang melakonkan Charlotte Fielding yang masih belia meninggal karena
penyakit kronis yang dideritanya.
Aku teringat Cindy, istri Australia-ku yang kunikahi empat tahun silam.
Empat tahun menikah, tak sekalipun ia mau ke Indonesia. Pun sekarang, saat
aku harus ke Bandung untuk menikahkan Sarah, adik bungsuku.
Cindy adalah tipikal perempuan Aussie. Mandiri, humanis, fair, assertif,
namun begitu cuek dengan keluarga. Jangankan urusan pernikahan, ketika ayah
meninggal empat bulan silam-pun Cindy enggan ke Jakarta. "Take it easy,
Tommy, semua orang pasti mati," katanya santai.
Cindy tumbuh dalam keluarga broken home. Ayah ibunya bercerai ketika ia
berusia tiga tahun. Cindy tumbuh matang dan mandiri. Ia bekerja dan belajar
16 jam sehari. Tanpa keluhan. Pagi hari bersekolah, sore dan malam hari
menjadi pelayan restoran. Ia menamatkan high school-nya dan melanjutkan ke
School of Law, di Sydney hingga mencapai gelar master bidang hukum
internasional dengan predikat summa cum laude. Sesudahnya, dunia begitu
ramah bagi Cindy. Hampir semua law firm besar di kota ini melamarnya. Cindy
memilih salah satu yang terbesar. Semuanya berjalan begitu lugas, sampai ia
bertemu aku yang dikirim untuk studi S-3 dan magang di kantor mitra asing
kami di Sydney, Krueger and Associates.
Studi di University of New South Wales sambil magang bukanlah pekerjaan
mudah. Aku hampir tak memiliki waktu untuk kehidupan sosialku. Aku nyaris
tak punya waktu untuk manusia. Kecuali tiga jam saja setiap pekan, ketika
shalat Jum'at di Masjid Indonesia Wabash Street, dan pengajian Ahad.
Pada saat-saat sibuk itu, ternyata ada sepasang mata yang selalu
memperhatikanku. Aku tak sadar sampai pemilik mata biru ini menegurku
dengan bahasa Inggris aksen Australia yang khas. "Mengapa anda selalu
menggelar kain merah dan sujud ke arah barat laut setiap pukul dua siang,
lima sore, delapan sore, dan sembilan malam? Apakah anda pengikut suatu
aliran kepercayaan di Asia Selatan?" Tanya pemilik mata biru tersebut
setengah menyelidik.
"Oh No. Saya seorang muslim. Seorang muslim wajib melaksanakan ibadah
shalat lima kali setiap hari," jawabku sedikit heran. Tak biasa wanita
Aussie membuka percakapan dengan pria asing.
Kemudian dialog pun mengalir lancar. Si mata biru itu ternyata Cindy
Stuart Masterson, junior lawyer di Krueger sekaligus kandidat Doktor di
UNSW.
Perjumpaan yang semakin sering membuat kami saling tertarik, sampai
suatu hari Cindy menanyaiku serius, "Tommy, will you marry me?" Aku kontan
gelagapan. Akhirnya, aku hanya berkata, " Ah, ya. Insya Allah!"
Kami menikah pada 21 Februari 1997. Sepekan setelah Iedul Fitri 1417 H.
Dua hari sebelumnya Cindy mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Wabash
Street. Imam masjid memberinya nama Aisyah Muthmainah.
Setahun pertama pernikahan, kami adalah pasangan yang amat harmonis.
Petaka mulai timbul setelah anak pertama kami lahir. Aku ngotot memberinya
nama Islam, Faiz atau Raihan. Cindy protes. "Aku akan memberinya nama Ian."
Aku malas berdebat. Setelah kejadian itu Cindy menjadi sangat berkuasa.
Cindy-lah yang menentukan Ian sekolah dimana. Makan apa. Boleh ke masjid
atau tidak.
Ketika anak kedua kami lahir, aku ingin memberinya nama Nadia atau
Yasmin, yang kurasa agak akrab dengan telinga Australia. "No, Tommy.
Namanya Nicole. Ia akan seperti Nicole Kidman. Mudah-mudahan ia akan mulus
menapak Hollywood seperti Nicole Kidman," lanjut Cindy santai.
Cindy semakin sulit diatur. Janjinya untuk belajar Islam, membaca Al
Qur'an, dan shalat tak pernah terwujud. Ia pun membatasi Ian dan Nicole
untuk berinteraksi dengan komunitas muslim Indonesia. Rencanaku untuk
membawanya pindah ke kawasan muslim Lakemba juga ditolaknya mentah-mentah.
Kesabaranku habis saat Cindy enggan ta'ziah ke Bandung saat ayah
meninggal empat bulan yang lalu. Pekerjaannya terlalu berharga baginya.
Mertuanya tak lebih berharga dari appointment dan contract yang harus
dibuatnya. Tragisnya, Cindy melarang aku membawa Ian dan Nicole dengan
alasan takut terkena virus tropis Indonesia. Dua minggu kemudian aku
meninggalkan rumah tanpa pamit. Sudah hampir tiga bulan aku 'menggelandang'
dari rumah ke rumah teman-teman Indonesiaku. Malam hari aku tidur di
masjid, siang belajar di UNSW. Aku tak pernah lagi ke Krueger and
Associates. Aku belum sanggup bertemu Cindy.
Permintaan Sarah via e-mail sepekan silam menghentikan petualanganku.
Aku senang pulang ke Indonesia. Satu saja yang membuatku resah. Permintaan
Sarah : bawa Teh Cindy, Ian, dan Nicole, ya Mas'!
Bandung, 11 Oktober 2002
Pernikahan Sarah dan Syamsul tergolong unik. Perkenalan, lamaran, dan
akad nikah semuanya berlangsung kilat. Tukar menukar biodata berlangsung
via internet, telepon dan teleconference. Baru empat hari mereka berjumpa.
Allah menyatukan hati mereka kendati mereka tak sempat mengenal lama satu
sama lain.
Aku 'cemburu' melihat kemesraan Sarah dan Syamsul. Sedangkan aku? Pergi
dari Sydney seorang diri setelah 'terusir' dari rumah. Meninggalkan istri
dan dua anak yang masih balita tanpa pamit.
Sabtu, 12 Oktober 2002
Aku berkemas-kemas. Sore nanti flight Ansett Aussie 247 tujuan Sydney
telah menungguku di Bandara Soekarno Hatta. Aku tengah memasukkan oleh-oleh
Ibu ke dalam tas, ketika berita tentang meledaknya bom di Bali kudengar di
televisi. Innalillahi, Bali diserang? Dan kebanyakan korbannya adalah warga
Australia. Negeri keduaku...tanah tumpah darah istriku.
Belum habis rasa terkejutku, setengah jam kemudian aku mendengar semua
penerbangan ke Australia ditunda sampai waktu yang tak ditentukan.
Senin, 14 Oktober 2001
Headlines Sydney News yang aku baca via internet sungguh mengejutkanku.
Gelombang anti muslim dan anti Indonesia yang merebak di seluruh Australia
pasca ledakan bom di Bali memakan korban warga muslim mancanegara yang
tinggal disana. Islamic Center dan Masjid di Brisbane-Queensland diserang.
Juga di Perth, Western Australia. Kata-kata kotor dituliskan di tembok
masjid, bahkan kotoran manusia dilemparkan ke masjid.
Beberapa muslim Indonesia di Sydney, Melbourne, dan Perth diinterograsi
oleh dinas intelijen Australia. Beberapa diinterogasi dan digeledah
rumahnya dengan sangat tidak manusiawi.
Aku murka, sekaligus sedih. Aku teringat shohibku di Masjid
Buranda-Holland Park. Terbayang wajah Imam Masjid Brother Abdul Quddus.
Juga Brother Dwi dan Seno di University of Queensland.
Rabu, 16 Oktober 2002
Subuh aku tiba kembali di Australia. Petugas imigrasi menginterogasiku
habis-habisan. Dia bertahan bahwa aku tak bisa masuk ke Australia karena
status visa-ku tidak jelas. Aku ngotot. Aku adalah permanent resident dan
bisa menjadi citizen karena menikah dengan wanita Australia. Juga, bahwa
aku adalah lawyer dan kandidat doktor di bidang hukum yang bisa
menggugatnya ke pengadilan. Ternyata yang terakhir itu mujarab.
Sabtu, 19 Oktober 2002
Hari ini aku giliran jaga malam di masjid Wabash Street. Masjid ini
berulangkali menerima ancaman. Jum'at kemarin satu grup pemuda rasis
bolak-balik di depan masjid sambil menunjuk-nunjuk masjid.
Jarum jam menunjukkan pukul dua dinihari. Aku membangunkan Brother Bahri
untuk bergantian ronda. Lalu bersiap shalat malam. Dari samping tempat
wudhu kudengar suara-suara slank Australia dan bunyi cat disemprotkan. Aku
menyeret Brother Bahri keluar masjid. Sederet kata-kata kotor di tembok
mesjid yang dibuat dengan cat pylox yang masih basah. Kata-kata kasar
keluar dari empat mulut berbau minuman keras. Mereka juga mengeluarkan
double stick dan pisau.
Kami bersiap menghadapi mereka. Tidak lama kemudian kami telah terlibat
perkelahian. Syukurlah, lawan kami tak begitu lihai. Dalam dua menit si
tinggi besar roboh. Tragisnya, pisau yang dipegangnya menikam dirinya
sendiri.
Aku terhenyak. Kenapa sampai sejauh ini? Raungan sirene polisi semakin
dekat. Kami digelandang ke kantor polisi terdekat.
Selasa, 22 Oktober 2002
Tiga hari kami menginap di kantor polisi. Tuduhannya : penganiayaan dan
percobaan pembunuhan ! Selama itu kami tetap bungkam. Aku hanya mau bicara
kalau aku didamping oleh pengacara. Polisi memberi waktu hingga Kamis jam
dua belas siang. Jika kami tidak mendapat pengacara, polisi akan
menyediakan pengacara negara. Akankah mereka berpihak pada kami? Aku tidak
yakin.
Teman-teman kami telah menghubungi hampir semua pengacara, tapi nihil.
Sebenarnya ini perkara biasa. Tapi setting sosial politik-nya tidak biasa.
Beribu orang mencaci kami. Gelombang aksi massa menyerbu kantor polisi.
Kamis, 24 Oktober 2002
Hampir jam 12.00. Aku masih belum punya pengacara. Semenit sebelum pukul
dua belas. Langkah-langkah panjang polisi penjara memasuki lorong. "Yeah,
lady ini mengajukan diri untuk menjadi pengacara anda," 'Namanya Lady Cindy
Stuart Masterson!" Aku tertegun.
Kamis, 5 Desember 2002
Hari ini sidang terakhir. Setelah sebulan lebih menghadiri sidang, kini
aku dan Brother Bahri menanti putusan hakim.
Aku dituntut tujuh tahun penjara atas tuduhan penganiayaan dan percobaan
pembunuhan. Brother Bahri dituntut empat tahun penjara atas tuduhan
penyertaan dalam penganiayaan dan percobaan pembunuhan.
Alhamdulillah, sejak pemeriksaan polisi, pemeriksaan district attorney
(kejaksaan) hingga pengadilan di district court aku selalu didampingi
Cindy. Pengacara muda lulusan terbaik School of Law UNSW dan sebentar lagi
menggaet Ph.D di bidang hukum. Dan, yang terpenting, ia istriku!
Cindy memang luar biasa. Kemampuan beracara-nya sangat piawai. "Yang
mulia, terdakwa harus dibebaskan dari semua tuduhan karena telah terbukti
ia tak sedikitpun memiliki niat untuk menganiaya ataupun membunuh. Ia hanya
self defense, membela diri karena empat orang berandal menyerang
masjid-nya."
"Yang mulia, terdakwa harus dibebaskan dari semua tuduhan, pisau itu
tidak digenggamnya, bukan miliknya dan tidak diarahkan untuk menusuk
korban. Lihat, tak ada satupun sidik jarinya di pisau tersebut. Pisau itu
menancap ke tubuh korban oleh peran korban sendiri.
"Yang mulia, ini tak adil. Terdakwa hanya membela diri dan rumah
ibadahnya. Sementara keempat penyerangnya merusak rumah ibadahnya dan
menyerangnya denga pisau dan double stick. Kedua terdakwa hanya melawan
dengan tangan kosong. Ini tidak seimbang. Ini bela paksa. Sekarang mereka
berdua jadi pesakitan, sementara sang penyerang masih bebas berkeliaran.
"Yang mulia, korban sekarang sudah sembuh dari lukanya. Ia berfikir
semua muslim militan, dan kejam.
"Yang Mulia, itu adalah prasangka. Kalaupun memang benar, bolehkah kita
menggeneralisir? menghukum seluruh muslim di seluruh dunia atas kejahatan
sekelompok radikal muslim? Ini absurd, irrasional, Yang Mulia. Saya
keberatan sekali!
"Yang Mulia, masjid bagi umat Islam adalah tempat yang sakral. Menyerang
tempat ibadah adalah kejahatan HAM Yang Mulia. Crime against humanity and
Gross Violation of Human Right. .........
Setengah jam kemudian hakim District Court Sydney membebaskan kami dari
tuduhan.
Aku dan Brother Bahri menangis terharu. Cindy memelukku. Pers memotret
kami. Gelombang massa rasis dan ultranasionalis berteriak memprotes putusan
hakim. Aku sujud syukur.
Jum'at, 6 Desember 2002
Sydney di akhir musim semi. Sydney Bridge berdiri dengan gagahnya. Di
kejauhan, nampak Darling Harbour bermandi cahaya senja.
"Cindy, Honey, kenapa kamu mau membela aku di pengadilan ? " tanyaku
dalam Bahasa Inggris yang paling santun.
"Kamu lupa, my dear Tommy. Aku masih istrimu. Aku masih sayang kamu, "
Cindy menyahut mesra.
Hatiku berdebar. "Hanya itu?" tanyaku gelisah.
"Tidak. Aku salut. Kamu begitu mencintai Islam, begitu mencintai masjid.
Kendati kerap diintimidasi dan dihina. Dalam lima tahun perkawinan kita,
kamu tak sekalipun meninggalkan shalat. Aku-lah yang jarang shalat. '
"Honestly, kami di sini sudah lama tak peduli dengan agama. Buat kami
agama adalah ilusi. Agama tak lebih dari urusan pribadi. Di negara ini ada
dua pertanyaan yang tabu, kamu juga tahu, agama dan status pernikahan.
Karena itu, jika ada orang yang patuh dengan ajaran agamanya kami sangat
penasaran. Apa yang membuat dia komit dengan Tuhan-nya?" Kata-kata itu
diucapkannya perlahan.
"Honey, engkau telah membuat mataku terbuka. Mungkin, memang sudah
saatnya aku mengikuti langkahmu."
Aku terharu. Matahari senja 1 Syawal 1423 H bersinar semakin temaram.
Chicago, 13 November 2002