October 27, 2004

Karena Aku Mencintainya


“Atas nama Ayub Al-Anshari, Ya Allah, karuniakan kepada mereka keluarga yang bahagia karena aku mencintainya”. (Misteri illahi)

Secara tidak sengaja Saya melihat acara TV dini hari dan mendapati kutipan diatas. Kutipan tersebut adalah do’a Zainab ketika berziarah ke Mesjid Ayub Al-Anshari di Istambul dalam cerita Misteri Illahi khas Timur Tengah.

Resensinya demikian : Zainab diceritakan akan menikah dengan pria pujaan hatinya. Sungguh sayang Ia diuji dengan sebuah kecelakaan yang menyebabkan kakinya lumpuh untuk sementara. Ketika keluarganya menangisi atas kecelakaan tersebut, Zainab hanya tersenyum dan mengatakan bahwa pasti ada hikmah dibalik kecelakaannya. Ujian tidak sampai disitu, calon mempelai pria akhirnya membatalkan untuk menikah dengan Zainab.

Singkat cerita, Zainab ingin sekali bertemu dengan kekasih yang telah membatalkan untuk menikah dengannya. Setelah cukup sembuh, dengan bertumpu pada tongkat dan ditemani temannya, Zainab berkunjung ke rumah mantan kekasihnya. Apa yang didapat? Zainab terpana ketika menyaksikan mantan kekasihnya telah berkeluarga dan memiliki satu orang anak. Dengan menumpang mobil (diceritakan dalam cerita itu dikemudikan oleh Nabi Haidir), Ia pergi ke Mesjid Ayub Al-Anshari, Di sana Ia berdo’a untuk kebahagiaan keluarga orang yang dicintainya.

Sungguh dalam hikmah dari cerita tersebut. Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa kita hendaknya mengambil hikmah atas segala sesuatu, karena memang segala sesuatu tersebut sudah ada yang mengatur. Seperti halnya Zainab, kita hendaknya untuk bisa sabar dan tawakkal karena yakin bahwa Allah maha tahu apa yang terbaik bagi hambanya. Hanya saja, Saya kok! teringat terus dengan do’anya Zainab. Jujur, bahwa itu do’a yang indah dan tulus yang belum pernah Saya dengar sebelumnya.

Ketika sesuatu yang kita cintai terenggut dari kita. Kira-kira apa yang kita akan lakukan?

October 23, 2004

Puasa dulu.....


“Kata mamah, kalau kita ikhlas, kita tidak akan lapar walau seharian penuh puasa”. Kalimat itu keluar dari bibir mungil Tio ketika berbicara dengan neneknya dalam sinetron ‘Titipan illahi’. Tio itu seorang anak kecil. Ia dan juga adiknya sedang belajar puasa, dan sepertinya anak-anak itu begitu menikmati puasanya.

Kalo liat anak kecil puasa, inget tidak waktu kecil dulu? Hmm... Kalau saya inget. Puasa bulan Ramadhan di kampung begitu menyenangkan. Banyak kenangan-kenangan lucu disana.

Biasanya ketika sahur, kami keliling kampung bangunin orang desa untuk sahur. Dengan obor bambu di tangan, kami teriak-teriak “Sahur....sahur...sahur...!” ......! Sahur...Sahur!.....”. Agar lebih meriah, kami meminjam beduk yang ada di Langgar. Dijamin deh! kerasnya bunyi beduk yang kami pukul ketika memasuki gang-gang rumah penduduk,! Pasti bikin orang bangun.

Sehabis subuh, kami nyalakan obor kembali untuk arak-arakan ke jalan besar.... Wah!! jadi pengen lagi ;p. Ketika inilah kami bermain petasan. Petasannya petasan dulu, yang suaranya bikin telinga lumayan budeg hehehe! Kayanya sekarang ini belum lagi tuh! ketemu dengan petasan itu. Mungkin tidak diproduksi lagi ya?. Atau... si pembuatnya takut disangka temen-temennya Amrozi dan Noordin M Top? ;p. Tapi sebaiknya memang hindari untuk bermain petasan. Kasihan orang lain. Kalaupun mau...hindari petasan yang bunyinya keras. Bunyi petasannya jangan keras aja. Misalnya...”Duk!” atau “Ting!” ;p

Acara arak-arakan biasanya kami akhiri dengan main balbalan. Dengan bertelanjang kaki dan dengan bola pelastik seadanya, kami bermain dengan riangnya.....