October 23, 2004

Puasa dulu.....


“Kata mamah, kalau kita ikhlas, kita tidak akan lapar walau seharian penuh puasa”. Kalimat itu keluar dari bibir mungil Tio ketika berbicara dengan neneknya dalam sinetron ‘Titipan illahi’. Tio itu seorang anak kecil. Ia dan juga adiknya sedang belajar puasa, dan sepertinya anak-anak itu begitu menikmati puasanya.

Kalo liat anak kecil puasa, inget tidak waktu kecil dulu? Hmm... Kalau saya inget. Puasa bulan Ramadhan di kampung begitu menyenangkan. Banyak kenangan-kenangan lucu disana.

Biasanya ketika sahur, kami keliling kampung bangunin orang desa untuk sahur. Dengan obor bambu di tangan, kami teriak-teriak “Sahur....sahur...sahur...!” ......! Sahur...Sahur!.....”. Agar lebih meriah, kami meminjam beduk yang ada di Langgar. Dijamin deh! kerasnya bunyi beduk yang kami pukul ketika memasuki gang-gang rumah penduduk,! Pasti bikin orang bangun.

Sehabis subuh, kami nyalakan obor kembali untuk arak-arakan ke jalan besar.... Wah!! jadi pengen lagi ;p. Ketika inilah kami bermain petasan. Petasannya petasan dulu, yang suaranya bikin telinga lumayan budeg hehehe! Kayanya sekarang ini belum lagi tuh! ketemu dengan petasan itu. Mungkin tidak diproduksi lagi ya?. Atau... si pembuatnya takut disangka temen-temennya Amrozi dan Noordin M Top? ;p. Tapi sebaiknya memang hindari untuk bermain petasan. Kasihan orang lain. Kalaupun mau...hindari petasan yang bunyinya keras. Bunyi petasannya jangan keras aja. Misalnya...”Duk!” atau “Ting!” ;p

Acara arak-arakan biasanya kami akhiri dengan main balbalan. Dengan bertelanjang kaki dan dengan bola pelastik seadanya, kami bermain dengan riangnya.....

1 comment:

  1. Syukurlah mbak, salam tuk Faris! Masih hiperaktif kan? ;p
    Disini ada anak yg blm bisa baca. Ngajarinnya susah sekalee ;(, padahal sudah dicoba cara baca cepat (tanpa dieja) eh, susah jg. Kayanya gak bakat ngajar ya! hehehe! ;p

    ReplyDelete