February 10, 2005

Evaluasi Sang Istri


Menghadapi akhir tahun biasanya selalu diwarnai kesibukan dalam menghadapai evaluasi program kerja yang telah direncanakan pada periode sebelumnya, seperti halnya pada evaluasi program Community Development Adaro-Pama tahun 2004 di wilayah tambang batu baru Kalimantan Selatan. Perasaan dak-dik-duk akan evaluasi Quartal 1-3 di depan top manajement PT Adaro Indonesia dan PT Pamapersada Nusantara senantiasa menyelimuti kendati persiapan sudah all out sampai titik keringat penghabisan hehehe !.

Akhirnya, evaluasi berjalan cukup lancar dari awal sampai akhir. Diskusi yang berjalan lumayan alot, kami nilai biasa dalam melihat sisi kepuasan program antara user dan pelaksana (biasanya user ingin lebih hehehe ! Padahal 7 bulan kami kira sudah cukup lumayan lah ;p, apalagi kalau melihat target-target program Hmm!).

Judul di atas sebenarnya Saya ambil ketika mencerna awal evaluasi dilaksanakan. Adalah Bpk Sidik Prawiranegara, selaku Advisor PT Adaro Indonesia yang juga pernah menjabat Dirjen Koperasi pada masanya. Sosok tenang dengan pengalaman yang dalam pada bidang ekonomi menyatakan demikian pada pengantar evaluasi program. “Evaluasi program dapat diibaratkan pada saat kita melakukan evaluasi terhadap isteri kita pada awal-awal pertaman menikah (kebetulan ketika rapat berlangsung pesertanya laki-laki). Dahulu kita melihat dan mengharapkan isteri sebagai sosok yang serba wah! Cantik, pintar masak, rajin, dapat diandalkan, dsb. Mungkin, satu bulan, dua bulan dapatlah dirasakan betapa indahnya pernikahan dengan mantan pacar tersebut. Akan tetapi, akan tampak lain ketika pernikahan berjalan sudah cukup lama. Eh! Ternyata setelah diamati ada perubahan yang nampak dari isteri kita. Yang dulunya cantik, sekarang malas bersolek, yang dulunya rajin, eh! Ternyata malah malas bangun tidur ;p, dan sedihnya lagi ternyata juga gak pintar masak, dll”.

Saya berfikir, mungkin pada beberapa pasangan akan menjumpai hal yang seperti diungkapkan oleh Bpk Sidik tersebut. Apa yang terjadi setelahnya ? Sanggupkah pasangan-pasangan tersebut bertahan ?

Saya kira dalam pernikahan mudah sekali dijumpai hal tersebut, karena akan susah untuk menggabungkan dua individu yang berbeda dalam hal kebiasaan, watak, prinsip, dsb. Hal yang terpenting dalam awal pernikahan adalah perasaan rela untuk menghargai perbedaan dan rela juga untuk mencoba saling belajar menyeimbangkan sisi-sisi yang berbeda tersebut.

Selamat menempuh hidup baru bagi rekan-rekan yang telah menikah ;p (kalau ada yang salah, beri comment yuk ! Penulis sedang belajar tentang pernikahan hehehe !)