January 21, 2004

Ketupat Kandangan, Ikan Peda, Soto Banjar dan Togel

Alhamdulillah, akhirnya aku coba untuk menulis. Tulisan ini merupakan tulisanku yang pertama setelah sebelumnya hanya mempublish tulisan orang (mohon maaf untuk penulisnya). Sebenarnya kalau mau jujur, web ini masih sangat jauh dari bagus. Tapi keinginan yang kuat untuk (mohon maaf) show up dan kesendirian di negeri Borneo ini mendorong keinginanku untuk mengiris waktu sambil terus belajar membuat web yang baik dan sopan. Akhirnya tibalah menulis jua......

Memulai langkah pasti

Menapaki relung waktu

Mengisi hari-hari penuh harap


Tanggal 15 Januari 2004 akan selalu terpatri dalam hidup. Sebuah awal dari perjalanan panjang mengisi sisa-sisa hidup yang telah digariskan. Hari itu awal aku hijrah ke negeri Borneo. Kalau boleh jujur, detik-detik penantian di Bandara Soekarno-Hatta begitu menyiksa, sampai....... tertidur di peron (hmmm). Tapi untunglah, teman-teman terbaik semasa kuliah sesekali meneleponku, mengajak ngobrol........ Dan...baru aku rasakan sekarang ini.....kalo saja pada saat itu kepergianku tidak seperti itu, perjalanan awal itu tidak akan terkenang dan akan menjadi sepi, sesepi kantorku yang baru disini. Thanks for my best friend!!!

Bayangan yang ada di pikiranku sebelum datang ke Kalimantan Selatan, tepatnya kota Tanjung ini, Kalimantan penuh dengan hutan dengan karakteristik masyarakat yang masih kurang cendikia. Dan pikiranku tidak jauh berbeda dengan sobatku. Sehingga pada saat perjalanan dari Bandara Banjarmasin, Sobatku mengirim SMS hanya untuk menanyakan keadaan hutan dan pelosok disini. Ternyata bayangan tersebut tidak benar adanya. Kalimantan sudah berbenah diri menghias kota dengan pembangunan. Di Kabupaten Tabalong sendiri selama 5 tahun terakhir pembangunan sudah dapat dilihat dari keadaan fisik kota. Masuknya perusahaan Pama Persada (anak perusahaan Astra;perusahaan terbesar di Asia Tenggara) dan Adaro Nusantara lebih mempercepat laju roda pembangunan.

Sengaja aku coba membuat judul tersebut mengingat hal itulah yang mengisi 7 hari di Pulau ini. Ketupat Kandangan adalah nama masakan sejenis opor ayam di Pulau Jawa sana. Pertama kali kenal masakan itu dari tulisan Bpk. M. Iqbal (Manager YDBA) dan dari sobatku aktivis PKS yang kebetulan namanya M. Iqbal juga (Subhanallah ya...) “ jangan nggak tuk coba makan ketupat kandangan” demikian sobatku mewanti-wanti mengantarkan kepergianku. Aku sendiri belum makan masakan itu, Insya Allah lain waktu aku coba menu terpaforit di Kalsel ini. Lain halnya dengan ikan peda. Pertama kali makan ikan ini di warung makan Pasar Tanjung. Ada yang unik yang aku perhatikan mengenai penyajian makanan di warung orang Banjar ini. Unik sekali. Ada perbedaan dengan cara penyajian Jawa, Sunda dan Sumatera. Alhamdulillah! aku bersyukur dapat mengenal hal-hal unik di negeri tercinta ini. Di Jawa (begitu orang sini menyebut) ikan peda itu ikan asin. Tapi disini ikannya ikan tawar, cara memasaknya dapat di goreng, di bakar atau dipindang seperti ikan pindang patin di Sumsel sana. Kalau soto banjar cukup unik. Berbeda dengan soto di Jawa. Soto ini memakai lontong, bihun, irisan telur dan daging. Cukup dengan Rp 3.000,- dijamin puas dan kenyang.

Arah perencanaan ekonomi yang tidak menentu dan pentas tokoh politik dengan lawakan-lawakannya yang kian tidak lucu membuat udara nusantara semakin memanas. Kondisi ini ditambah lagi dengan korupsi, kolusi dan nepotime yang menjadi-jadi. Kesejahteraan yang menjadi dambaan dan diagung-agungkan masyarakat sangat jauh dari pengharapan. Hal tersebut membuat orang-orang “pintar “ menjadi “kreatif” dengan membuat sesuatu menjadi tumpuan masyarakat kecil menengah. Contohnya saja Togel. Jenis judi ini ternyata terjadi di Kalsel. Sebelumnya aku mengira masayarakat sangat fanatik dalam beribadah, tetapi ternyata sama saja dengan di Pulau Jawa.

No comments:

Post a Comment